Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Arsitektur Lokalitas pada Desain Hunian Bantu Atasi Krisis Iklim, Ini Penerapannya!

Johanna Erly Widyartanti - Jumat, 15 Mei 2020 | 15:00
Desain arsitektur yang berinteraksi dengan alam dengan banyak bukaan.
Foto Adeline Krisanti

Desain arsitektur yang berinteraksi dengan alam dengan banyak bukaan.

IDEAOnline-Indonesia memang dikenal dengan negeri subur makmur yang kaya budayanya.

Terletak di garis khatulistiwa yang beriklim tropis, Indonesia hanya mempunyai dua musim dan mendapatkan sinar matahari yang melimpah sepanjang tahun.

Bagaimana ini memengaruhi arsitektur rumah tinggal di Indonesia?

Sigit Kusumawijaya Principal Architect of sigit.kusumawijaya architect & urban designer memberikan pedapatnya tentang kekayaan Arsitektur Nusantara ini.

"Perbbedaan di setiap daerah dan suku dari Sabang sampai Merauke telah menciptakan hunian tradisional yang beragam dan telah berevolusi dan beradaptasi dengan sangat baik selama ini," ujarnya.

Hunian tradisional ada di setiap daerah dan menyesuaikan konteks lokalnya, baik lokasi, iklim, adat, budaya, hukum, ekonomi, dan sosial.

Lantas, di zaman ini, bagaimana arsitektur hunian yang ideal?

"Untuk mencari desain rumah tinggal yang sesuai dengan karakter negeri ini, memang tidak bisa memberikan label benar atau salah," lanjut Sigit.

"Semua mempunyai faktor yang pasti berbeda baik di masing-masing daerah, maupun tergantung dari selera masing-masing penghuni."

Dari faktor-faktor yang berbeda ini, kita dapat mencoba untuk menyesuaikan desain rumah tinggal kita dengan konteks lokal di mana rumah kita berada.

Baca Juga: Iklim Tropis, Bukan Musibah tapi Anugerah, Ini Penjelasannya!

Atap tinggi untuk kondsi thermal bangunan yang nyaman.

Atap tinggi untuk kondsi thermal bangunan yang nyaman.

Arsitektur hunian yang baik, sebaiknya tetap mengapresiasi arsitektur lokal dan menyesuaikan diri dengan konteks-konteks yang ada di setiap daerah.

Namun, dengan semakin modernnya teknologi dan terbukanya informasi terutama dari luar, terkadang dengan sadar atau tidak, kita dengan mudahnya mengambil atau meng-copy hal-hal dari luar ke tempat kita sendiri.

"Tidak jarang kita menganggap sesuatu yang berbau luar negeri mempunyai nilai lebih daripada yang berasal dari lokal kita sendiri, padahal belum tentu sesuai dengan konteks Indonesia," Sigit mengngatkan.

Yang harus kita lakukan adalah merefleksikan kembali elemen-elemen yang kita ambil apakah sesuai dengan konteks lokal kita.

Konteks iklim di Indonesia adalah iklim tropis lembap.

Iklim adalah konteks yang sering diabaikan, baik oleh penghuni ataupun arsitek saat mendesain bangunan rumah tinggal.

Karena pengaruh rotasi bumi, daerah tropis hanya memiliki dua musim, yaitu hujan dan kemarau.

Sebaliknya, wilayah yang jauh dari khatulistiwa, wilayah subtropis memiliki 4 musim (semi, panas, gugur, dan dingin).

Idealnya, di negara-negara tropis, termasuk Indonesia, karena mendapat/sinar matahari sepanjang tahun dan memiliki tingkat kelembapan tinggi, bangunan dirancang dengan banyak bukaan.

Apabila di negara tropis dipaksakan model bangunan berkonsep subtropis maka cenderung kurang nyaman jika tidak dilengkapi penghawaan buatan (air conditioner).

Jadi, jelaslah mengapa model bangunan, termasuk rumah tinggal, di setiap negara berbeda-beda bentuknya.

Baca Juga: Rumah Tropis Mengadopsi Desain Vila di Bali, Punya 6 Bangunan Terpisah

Hunian urban tropis dengan desain yang merespons alam.

Hunian urban tropis dengan desain yang merespons alam.

Arsitektur Tropis

Berangkat dari bangunan tradisional, konsep yang paling sesuai untuk bangunan di wilayah tropis seperti Indonesia adalah Arsitektur Tropis.

Konsep Arsitektur Tropis berusaha mengadaptasi kondisi iklim tropis yang memiliki ciriciri: mendapat sinar matahari sepanjang tahun serta memiliki tingkat kelembapan tinggi, juga mengalami musim hujan dan kemarau secara bergantian.

Berikut ini beberapa kekhasan arsitektur yang sesuai dengan konteks iklim tropis di Indonesia.

  • Atap tinggi dengan sudut kemiringan relatif landai tergantung bahan penutup atap.
  • Teritisan (overstek atau overhang) dibuat cukup lebar untuk mencegah tempias hujan membasahi dinding atau masuk ke bangunan lewat bukaan.
  • Memiliki banyak bukaan atau lubang penghawaan alami yang berguna mengurangi tingkat kelembapan di dalam bangunan.
  • Konstruksinya lebih sederhana sehingga dapat mengaplikasikan lebih banyak jenis material.
  • Orientasi bangunan dibuat dengan mempertimbangkan lintasan matahari (timur-barat) dan arah angin.
  • Untuk mencegah silau dan sengatan matahari dan mengurangi paparan panas matahari ke dinding diterapkan elemen naungan dan kulit kedua bangunan.
  • Lingkungan dibuat untuk mendukung kenyamanan termal dan visual ruang dalam.
Baca Juga: Rumah Modern Bernuansa Tropis, Serasa Liburan Setiap Hari Tanpa Pergi

#Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork

(*)

Editor : iDEA





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular