Follow Us

Arsitektur Bioklimatik Ciptakan Kesejukan meski Tanpa Pendingin Ruang

Kontributor 01 - Selasa, 21 Juli 2020 | 20:04
Ilustrasi-Apartemen.
Kompas.com

Ilustrasi-Apartemen.

IDEAOnline-Di kota Vietnam, dan banyak negara sub-tropis berkembang di Asia, seperti Indonesia dan Filipina, pendingin ruangan merupakan sebuah kebutuhan.

Tapi satu firma arsitektur menganjurkan cara yang berbeda untuk membuat ruangan tetap sejuk.

T3 Architecture Asia, yang berkantor di Vietnam dan Perancis, mengkhususkan diri pada latar belakang "arsitektur bioklimatik".

Arsitektur ini diklaim dapat membuat unit pendingin atau AC berenergi lebih.

Dengan memanfaatkan topografi, iklim, dan vegetasi lokal, serta dengan memanipulasi orientasi bangunan, perusahaan dapat secara alami menciptakan iklim dalam ruangan yang nyaman.

"Sangat penting untuk semua desain bangunan baru di kota-kota untuk mencakup fitur arsitektur bioklimatik," ujar direktur implementasi di perusahaan konsultan Carbon Trust, Myles McCarthy.

Permintaan untuk bangunan di kota-kota di Asia, baik domestik maupun komersial meningkat.

Baca Juga: Cara Tepat Buat Hunian Tetap Sejuk Walau Menghadap Ke Matahari

Dengan populasi yang semakin padat, akan sangat penting untuk memastikan pertumbuhan bangunan tidak mendorong konsumsi energi dan air lebih tinggi.

Berpikir secara berbeda Direktur T3 Architecture Asia, Charles Gallavardin, pertama kali terjun ke arsitektur bioklimatik pada tahun 2005.

Bekerja sama dengan Bank Dunia, ia membangun sebuah gedung apartemen yang terjangkau di Ho Chi Minh City.

Gedung ini menampung 350 keluarga dan berada di sebuah lingkungan miskin di mana tagihan AC menjadi satuh al yang paling dihindari.

"Anda tidak perlu mengeluarkan uang untuk pendingin udara, bahkan di iklim yang panas seperti Ho Chi Minh, selama bangunan Anda dirancang dengan baik," kata Gallavardin.

Baca Juga: Banyak Cahaya Bikin Rumah Panas, Lakukan 8 Trik Ini agar Tetap Sejuk

Menutup koridor terbuka, atap berventilasi, isolasi kaca serat dan penggunaan bahan alami membuat unit ini mendapat cahaya alami dan ventilasi.

"Kami mencoba menghindari fasad kaca besar yang menghadap ke timur atau barat, karena itu akan membuat bangunan seperti oven di iklim tropis," kata dia.

Gallavardin juga mengatakan, kuncinya adalah bekerja dengan arus angin utama dan memiliki perlindungan matahari yang cerdas.

Dengan demikian, bangunan tidak memerlukan pendingin meski berada di negara yang panas seperti Vietnam.

Gallavardin menjelaskan bahwa bangunan T3 bioklimatik dapat menciptakan suhu secara alami sekitar 5 Celcius lebih dingin daripada suhu luar.

Ini didapat dari penggunaan ventilasi alami dan kipas langit-langit.

Kembali ke dasar Sejak proyek pertama itu, Gallavardin telah membangun beberapa hotel bioklimatik mewah di Kamboja dan Myanmar, sebuah restoran konsep di Ho Chi Minh City, dan bahkan kantornya yang hijau untuk tim T3.

Di Indonesia, Asrama Biophilic Arsitek Andyrahman masuk dalam kompetisi Gedung Arsitektur Dunia 2016.

Baca Juga: Green Building Solusi Cerdas Ciptakan Rumah Sehat, Ini 8 Aplikasinya

Proyek ini dipuji karena temboknya yang berlubang membantu bangunan ini tetap sejuk di Surabaya.

Di China, perusahaan arsitektur Amerika Perkins & Will mengambil pendekatan bioklimatik untuk Museum Sejarah Alam Shanghai yang baru.

Bangunan tersebut menyediakan penyejuk udara di area galeri untuk melindungi karya seni dari kelembaban, namun juga memiliki jendela otomatis dan jendela di langit-langit untuk secara alami menjadi ventilasi.

Museum ini menghemat 15 persen konsumsi energi dibandingkan dengan museum desain standar.Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Arsitektur Bioklimatik, Solusi Ketergantungan pada AC "

Source : kompas

Editor : Maulina Kadiranti

Latest