Hal pertama yang harus kamu perhatikan adalah kemiringan tanahnya.
Semakin curam kemiringan tanahnya, semakin besar potensi longsor yang bakal terjadi,
“Kondisl ideal lahan yang disarankan memiliki kemiringan maksimal 30°,” ucap Edi Purwanto, Dosen Perumahan dan Permukiman Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Semarang.
Sebenarnya, kondisi kemiringan di atas 30° ini masih bisa ditoleransi dengan syarat, pengembang atau kamu yang ingin membangun rumah sendiri dapat menambahkan turap (dinding pembatas tanah) dari atas bukit hingga bawah.
Baca Juga: Tak Perlu Panggil Tukang Cuci, Begini Tips Anti Gagal Bersihkan Noda Tinta pada Sofa
Selain itu, struktur fondasi bangunan rumah harus menggunakan pemancangan khusus.
Tetapi penambahan ini tentunya akan menambah banyak biaya yang tak sedikit.
Ini jugalah yang mendasari rumah di kawasan berbukit cenderung lebih mahal.
Alternatif lain yang biasa dilakukan pengembang adalah dengan cara memotong tanah dan mengisinya ke daerah yang lebih curam atau prosesnya biasa disebut dengan cut and fill.
Tujuannya agar didapat kondisi yang lebih ideal.
“Hampir semua perumahan yang dibangun di lahan berbukit melakukan proses cut and fill. Tetapi, idealnya, proses ini tidak mengubah bentuk bukit hingga orang tidak mengenali lagi keberadaan bukit tersebut,” ucap Agung Salladin, Manajer Pengembangan dan Pemasaran PT Wijaya Karya Realty Tbk.
Baca Juga: Hunian di Bukit atau di Lembah, Dampak Keberuntungannya ala Feng Shui