IDEAOnline-Temuan varian Delta terkonfirmasi berdasarkan hasil penelitian Whole Genome Sequencing (WGS) yang dilakukan oleh tim dari Universitas Gadjah Mada (UGM).
Diketahui, virus corona varian Delta telah menyebar di Kudus, Jawa Tengah, dan mendominasi penularan virus corona di daerah itu.
Tak hanya di Kudus, kasus Covid-19 dengan varian Delta juga ditemukan di sejumlah daerah lainnya.
Ketua Tim Peneliti WGS FK-KMK UGM Gunadi mengatakan, ditemukan 28 dari 34 sampel atau sekitar 82 persen, merupakan varian Delta.
Kasus Covid-19 di Kudus belakangan memang mendapat banyak sorotan setelah meningkat tajam dalam waktu singkat.
Seperti apa gejala terinfeksi virus corona varian Delta?
Gejala infeksi varian ini pada dasarnya mirip dengan infeksi virus asalnya.
Akan tetapi, varian Delta membuat gejala-gejala tersebut menjadi lebih parah dan lebih sulit ditangani oleh tim medis.
Profesor kedokteran darurat dan kesehatan internasional di Johns Hopkins University Dr Bhakti Hansoti, seperti diberitakanKompas.com, menyebutkan beberapa gejala terinfeksi virus corona varian Delta.
Berikut beberapa gejalanya.
- Sakit perut
- Hilangnya selera makan
- Muntah
- Mual
- Nyeri sendi
- Gangguan pendengaran
Sementara itu, profesor epidemiologi genetika di King's College London, Tim Spector menyebut gejala yang timbul akibat infeksi virus varian Delta terasa seperti flu yang parah.
"Covid sekarang berbeda, dia lebih menyerupai flu yang parah. Orang-orang mungkin berpikir hanya mengalami flu musiman dan mereka tetap pergi ke pesta, kami pikir ini masalah," kata Tim.
Tim juga menjelaskan beberapa gejala yang paling banyak dilaporkan oleh penderita Covid-19 varian Delta, yaitu sakit kepala, sakit tenggorokan, pilek, dan demam.
Baca Juga: Awas 8 Benda Ini Bisa Bawa Virus ke Rumah, Amankan dengan Boks Desinfeksi Berteknologi UV-C Ini
Bahaya Pada 31 Mei 2021, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan status atas varian Delta ini sebagai Variant of Concern (VOC) atau varian yang mengkhawatirkan.
Varian Delta juga diketahui jauh lebih menular dari varian lainnya.
Direktur pengobatan perawatan kritis di Universitas Sun Yat-sen Guangzhou, Guan Xiangdong menyebut, sebelumnya kondisi pasien corona di China tak pernah separah ini.
"Sebelumnya, hanya 2 atau 3 persen pasien yang menjadi sakit parah atau kritis dalam jangka waktu tersebut, dengan jumlah yang terkadang meningkat hingga 10 persen," ujar Xiangdong.
Di Inggris, pemerintah terpaksa menunda pembukaan pembatasan selama empat minggu karena menyebarnya varian Delta ini.
Inggris sebelumnya berencana membuka sepenuhnya pembatasan pada 21 Juni 2021 setelah berbulan-bulan secara bertahap melonggarkan pembatasan.
Varian Delta bertanggung jawab atas 96 persen kasus di Inggris dan tes positif melonjak 50 persen pada pekan lalu.
Sumber: Kompas.com (Luthfia Ayu Azanella/Jawahir Gustav Rizal/Tilo Hilmawan Reditya | Editor: Rizal Setyo Nugroho/Rendika Ferri Kurniawan/Ardi Priyatno Utomo) Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul Gejala Terinfeksi Corona Varian Delta dan Alasan Mengapa Lebih Berbahaya
#Rumahminimalis #Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork #Rumahtropis
(*)