Rooster dari bahan bata atau batako sesungguhnya adalah material lama yang kembali hadir di beberapa tahun terakhir.
Material ini kembali dilirik para arsitek karena kekhasan bentuknya dan kesesuaiannya dengan iklim kota-kota tropis di Indonesia.
Lubang-lubang pada rooster akan membiarkan sirkulasi udara tetap mengalir sehingga ruang-ruang dalam rumah terhidar dari kelembapan yang berlebih.
Sirkulasi udara alami yang mengalir dari satu sisi ruang ke ruang yang lain tentunya megurangi beban biaya listrik yang ditanggung oleh sebuah rumah akibat keharusannya menggunakan pendingin udara buatan.
Selain memperlancar pertukaran udara di dalam rumah, kehadiran rooster sebagai bagian dinding akan memudahkan cahaya dari luar rumah masuk ke dalam rumah.
Baca Juga: Pengin Renovasi Kamar Mandi tapi Tak Mau Repot? Partisi dari Gipsum Ini Aman di Area Basah
Keberadaan cahaya alami di dalam rumah tentunya akan membuat rumah terang di siang hari tanpa mengandalkan cahaya lampu.
Yang menarik dari digunakannya rooster adalah, walaupun cahaya matahari bebas masuk ke dalam rumah, pandangan dan privasi dari luar rumah akan terhalang mengingat kecilnya lubang-lubang pada rooster.
Hal inilah kemungkinan yang menyebabkan arsitek-arsitek Indonesia pada awal-awal masa pembangunan kota lazim menggunakan rooster sebagai material dominan kala itu.
Untuk menambahkan identitas pada rumah tinggal, penghuni juga dapat mendesain rooster sesuai keinginan.
Para perajin rooster siap memproduksi apapun bentuk rooster yang diinginkan.