IDEAOnline-Perubahan iklim ternyata dapat mengancam perubahan siklus air di Bumi dan berdampak pada kehidupan manusia di dunia, termasuk di Indonesia.
Direktur Eksekutif Asia Pacific Centre for Ecohydrology (APCE) - UNESCO Category II Centre Prof. Dr. Ignasius D.A. Sutapa, MSc mengatakan sejauh ini memang sudah ada pertanda adanya perubahan iklim dan siklus air secara global.
"Kalau dilihat dari data yang ada itu ada pergeseran (siklus air). Akibatnya polanya ilim berubah dari waktu ke waktu," kata Ignasius kepada Kompas.com, Jumat (1/5/2020).
Pola yang berubah itu kemudian ditunjukkan dengan berbagai kondisi seperti musim kemarau menjadi lebih panjang dengan curah hujan yang pendek, tapi curah hujannya intensitas tinggi.
Bumi semakin hangat, bongkahan-bongkahan es alam yang tadinya beku sudah banyak yang mencair, gunung-gunung yang tertutup salju sudah berkurang, berkurangnya gletser, dan juga muka air laut yang semakin meningkat.
"Akibatnya, terjadi pemanasan global, ke global iklim karena terjadi pergeseran siklus. Itu akan berdampak kepada aktivitas manusia," ujar dia.
Ignasius menyebutkan, setidaknya ada lima dampak dari perubahan iklim dan siklus air ini pada kehidupan manusia, termasuk di Indonesia.
1. Pencemaran air "Dampak dari perubahan iklim ini juga berakibat terhadap pencemaran air," kata dia.
Selain dari perubahan iklim di alam, aktivitas penduduk juga ikut terlibat dalam pencemaran air ini, dan mempengaruhi ketersediaan air yang dibutuhkan oleh masyarakat.
Akhirnya, cadangan air untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat seperti air minum dan sanitasi juga berkurang dan sulit.
"Ya, oleh karena, air bakunya berkurang dari suplai (alam) ke masyarakat," tutur dia.
Baca Juga: Arsitektur Lokalitas pada Desain Hunian Bantu Atasi Krisis Iklim, Ini Penerapannya!
2. Hilangnya keanekaragaman hayati
Banjir bandang dan kekeringan, menurut dia, juga berpengaruh terhadap spesies tertentu di alam.
Selain itu, air yang tidak dikelola dengan baik, kemudian aktivitas manusia yang membuat terjadi pencemaran air juga iktu membuat spesies tertentu di alam itu terganggu dan bisa jadi punah.
"Bahkan bisa jadi spesies yang kita sendiri tidak tahu, belum teridentifikasi," ujar dia.
Ditegaskan Ignasius, potensi berkurangnya keanekaragaman hayati juga sangat mungkin terjadi.
Kebakaran hutan yang sengaja dan tidak disengajar, itu bisa juga menghilangkan biodiversitas yang bahkan tidak diketahui.
3. Kekurangan air bersih dan sanitasi Kekurangan air bersih ini juga berkesinambungan dengan pencemaran, kekeringan dan air yang meluap berlebihan.
Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk, maka kebutuhan akan air bersih seharusnya juga bertambah.
Namun, akibat perubahan iklim dan siklus air, bisa jadi air bersih justru berkurang.
Sehingga masyarakat kesulitan memenuhi kebutuhan air untuk minum dan sanitasi.
4. Kekeringan dan banjir Dampak kekeringan ini bisa dilihat dengan seringnya musim kemarau yang menjadi lebih panjang, curah hujan yang pendek, bahkan sungai-sungai yang seharusnya ada airnya jadi tidak ada airnya.
Tetapi saat musim hujan datang, justru curah hujannya terjadi dengan intensitas tinggi yang mengakibatkan banjir.
"Di musim hujan, intensitasnya (curah) begitu tinggi (lebat) di tempat-tempat tertentu.
Disamping kondisi itu juga diperparah dengan aktivitas manusia, bisa jadi banjir," tuturnya.
Baca Juga: Menghemat Lisrik dan Air secara Signifikan, 9 Bangunan Ini Mendapat Sertifikat Gedung Hijau
5. Konflik air
Konflik ini sangat terkait dengan ketersediaan air bersih. Disaat kebutuhan air tidak terpenuhi.
Masyarakat akan mencari cara untuk mencukupi kebutuhan tersebut.
Ignasius berkata, saat orang-orang berupaya memenuhi kebutuhan air yang semakin terganggu di alam.
Maka, konsekuensinya bisa juga berakibat pada konflik yang timbul antar egoisme yang melingkupi kebutuhan masyarakat tersebut.
Indonesia kawasan rentan bencana Ignasius menyebutkan geografis Indonesia memang sangat luas, kaya biodiversitas, dan masuk ke wilayah khatulistiwa, tetapi memang rentan apabila ada perubahan yang signifikan.
"Satu sisi kita mensyukuri itu, di sisi lain kita juga rentan.
Kita berada di potensi setiap hari terjadi bencana.
Kita (Indonesia) sangat sensitif dengan perubahan yang ada, baik iklim maupun bencana lainnya," jelasnya.
Indonesia juga diperkirakan akan menderita dampak kenaikan muka air laut yang menyebabkan beberapa wilayah tenggelam.
"Naiknya permukaan air laut dapat menyebabkan beberapa pulau kecil akan tenggelam dan beberapa kota yang berada di pinggir laut seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya akan menderita banjir," tutur dia.
Serta, perubahan tata guna lahan yang terus berkembang juga termasuk dalam gangguan penyerapan air yang harus diantisipasi sedari saat ini.
Masyarakat sebaiknya berupaya untuk beradaptasi dengan melakukan hemat, mengelola dan memanfaatkan air secara wajar baik secara individu, instansi maupun industri.
"Bantu selamatkan bumi dengan menggunakan air secara bijaksana.
Kalau orang tidak bisa merubah iklim, kita bisa beradaptasi atas perubahan iklim itu," ujar dia.
Manusia juga harus peduli dengan apa yang terjadi, yakni dampak perubahan iklim.
Mengurangi emisi gas rumah kaca, pembuangan bahan berbahaya yang bisa berdampak secara berkepanjangan di alam.Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul "Pencemaran hingga Konflik Air, Ini 5 Dampak Perubahan Iklim bagi Indonesia"
Baca Juga: Pakai PAM atau Sumur? Pilih setelah Mempertimbangkan Hal Ini!
#Berbagiidea #Berbagicerita #Bisadarirumah #Gridnetwork
(*)