Saat pemerintah mengumumkan untuk di rumah saja, maka yang dipikirkan adalah: kalau tidak keluar rumah, tidak bekerja, maka bagaimana dapat uang?
Apabila tidak ada uang, bagaimana dapat makan? Kalau tidak makan, maka akan kelaparan.
Jadi, himbauan untuk berdiam di rumah, apabila tidak ditunjang kebijakan lain yang menyertai, akan sulit untuk diikuti oleh masyarakat karena keuntungan yang akan diperoleh tidak terlihat.
Baca Juga: Pesan Makanan dari Luar selama #DiRumahAja, Tetap Waspadai Penyebaran Covid-19 dengan Cara Ini
Ada pula yang disebut dengan perceive barrier to action, hambatan dari tindakan yang akan dilakukan.
Hambatan-hambatan yang dapat muncul didasari beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, tempat tinggal, penilaian mengenai diri sendiri, apakah sanggup atau tidak sanggup mengatasi penyakit tersebut, ataupun keyakinan bahwa tidak akan terkena penyakit tersebut karena berbagai faktor penguat keyakinan tersebut.
Terakhir adalah cues to action, isyarat untuk melakukan tindakan.
Pada akhirnya tindakan apa yang akan diambil dan dilakukan terhadap penyakit Covid-19?
Apakah akan memeriksakan diri saat gejala muncul?
Adanya instruksi pemerintah dengan cara melakukan social disctancing bila harus keluar rumah, berdiam di rumah, semua adalah pilihan perilaku yang akan diambil.
"Saat keyakinan tidak akan terkena penyakit dan berpikir tidak mungkin terkena, tanpa disadari kita sudah masuk ke dalam kondisi optimistic bias. Kondisi ini adalah kondisi yang meyakini bahwa diri sendiri tidak akan terkena hal-hal yang negatif atau buruk," tulis Sandi.