Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Bahayanya Polusi Udara, Kematian dan 4 Dampak Buruk Berikut Ini

Kontributor 01 - Rabu, 28 Oktober 2020 | 14:00
Ilustrasi polusi lingkungan karena aktivitas pabrik yang meningkatkan emisi karbon.
tribunnews.com

Ilustrasi polusi lingkungan karena aktivitas pabrik yang meningkatkan emisi karbon.

IDEAOnline-Laporan terbaru mencatat sebanyak 6,7 juta kematian di dunia terkait dengan polusi udara.

Sebuah studi global menemukan, pencemaran udara menjadi risiko kematian ke-4 tertinggi di seluruh dunia.

Hal itu disebutkan dalam laporan terbaru State of Global Air 2020 (SoGA 2020) oleh Health Effects Institute bekerja sama dengan Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME2) di University of Washington, dan University of British Columbia.

Presiden Health Effects Institute (HEI), Dan Greenbaum dalam keterangan tertulisnya menyebutkan, polusi udara sekarang ini menjadi penyebab kematian dini ke-4 di antara semua risiko kesehatan, dan peringkat ini tepat di bawah kematian akibat merokok dan pola makan yang buruk.

Demikian menurut laporan tahunan State of Global Air (SoGA) 2020.

Secara keseluruhan, paparan polusi udara luar ruang dan rumah tangga dalam jangka panjang juga berkontribusi terhadap lebih dari 6,7 juta kematian tahunan akibat stroke, serangan jantung, diabetes, kanker paru-paru, penyakit paru-paru kronis, dan penyakit neonatal di seluruh dunia sepanjang tahun 2019.

Baca Juga: Polusi Udara Memengaruhi Bumi, Ini Contoh Kejadian dan Ancamannya

Ilustrasi polusi kendaraan, asap mobil
Kompas.com

Ilustrasi polusi kendaraan, asap mobil

Selain itu, berikut empat dampak polusi udara pada kesehatan yang harus diwaspadai.

1. Memperburuk epidemi penyakit tidak menular.

Menurut vital strategies Dr Sumi Mehtan, tren polusi udara jelas terus meningkat di daerah-daerah yang mengalami urbanisasi dengan cepat , seperti di Asia dan Afrika Sub-Sahara.

"Itu akan semakin memperburuk epidemi penyakit tidak menular, termasuk penyakit pernapasan kronis dan penyakit kardiovaskular," kata Mehta.

Namun, di sisi lain, ia menyebutkan ada kabar baik, yaitu kita mengetahui bagaimana menangani semua sumber utama polusi.

"Data ini (SoGA) dengan jelas menunjukkan, bahwa kita memiliki kewajiban kesehatan masyarakat untuk segera menerapkan solusi udara bersih," ujarnya.

2. Berkontribusi terhadap penyakit kronis.

Peneliti yang tergabung dalam pelaporan SoGA, yaitu Dr Katherine Walker dari HEI mengatakan, bahwa polusi udara telah dipelajari menjadi risiko lingkungan lainnya di dunia.

Penelitian ilmiah yang cermat selama puluhan tahun kini mendasari kesimpulan kuat tentang kontribusi utama polusi udara terhadap penyakit kronis dan kematian.

Namun sebenarnya, kata dia, itu adalah masalah yang kita tahu bagaimana cara menyelesaikannya.

"Sudah lama waktu yang kita buang dalam menunggu untuk kerjasama dan melakukan tindakan global yang lebih besar untuk masalah kesehatan masyarakat yang utama ini," ucap dia.

Ia menambahkan, seiring dengan rencana negara untuk pemulihan pasca Covid-19, penting agar polusi udara dianggap sebagai salah satu pilar utama dalam pembuatan kebijakan.

Baca Juga: Hampir 100.000 Orang di Dunia Tewas akibat Polusi Udara 2020

Pengisap asap dapat menjadi solusi masalah asap dan polusi di dapur.

Pengisap asap dapat menjadi solusi masalah asap dan polusi di dapur.

3. Memperparah infeksi Covid-19.

Polusi udara erat kaitannya dengan terjadinya penyakit kronis pada manusia, dan di tengah pandemi Covid-19 ini, peneliti dari IHME yang terlibat yaitu Dr Christopher Murray mengatakan, interaksi Covid-19 dengan penyakit kronis ini terus meningkat.

Bahkan, peningkatan penyakit kronis ini juga terjadi secara global dan faktor risiko yang terkait seperti obesitas, gula darah tinggi, dan polusi udara luar ruangan.

"Selama 30 tahun terakhir telah menciptakan badai yang sempurna dan memicu kematian akibat Covid-19," jelasnya.

4. Kematian bayi.

Telah banyak bukti ilmiah dari berbagai negara, yang menunjukkan bahwa paparan partikulat polusi udara selama kehamilan akan berdampak pada berat lahir yang rendah dan kelahiran prematur.

"Beberapa penelitian yang dilakukan terkait polusi udara di dalam dan di luar ruangan menunjukkan, bahwa polusi udara secara konsisten meningkatkan risiko kelahiran prematur dan berat badan lahir rendah," kata Dr Beate Ritz dari University of California.

Nah, untuk bayi dengan usia muda, sebagian besar kematian terjadi karena komplikasi akibat berat badan lahir yang rendah dan kelahiran prematur.

Alhasil, dua kondisi tersebut juga dipastikan memicu komplikasi serius, yang kemudian tercatat menyebabkan sebagian besar kematian pada periode neonatal mencapai 1,8 juta pada tahun 2019.

Analisisis terbaru SoGA tahun ini memperkirakan, bahwa sekitar 20 persen kematian bayi dalam periode tersebut disebabkan oleh polusi udara ambien dan rumah tangga.

“Kesehatan bayi sangat penting bagi masa depan setiap masyarakat, dan bukti terbaru ini menunjukkan risiko yang sangat tinggi untuk bayi yang lahir di Asia Selatan dan sub-Sahara Afrika,” kata Greenbaum.

Di Pakistan, polusi udara menyumbang sekitar 20 persen kematian di antara bayi baru lahir, paparan dari pembakaran bahan bakar kotor dari rumah tangga merupakan faktor utama.

Untuk anak di bawah 5 tahun, ini berpotensi menyebabkan lebih dari 40 persen infeksi saluran pernapasan bawah.

Dokter anak, penyedia layanan kesehatan, dan pembuat kebijakan perlu menyadari ancaman polusi udara terhadap kesehatan ibu dan anak.

"Tindakan mendesak dan berkelanjutan untuk membersihkan udara dan untuk menyediakan akses ke energi bersih dalam prioritas dan kebijakan kesehatan masyarakat kita," tegas Dr Zulfiqar Bhutta selaku Direktur pendiri Aga Khan University Institute for Global Health. Artikel ini telah tayang di Kompas.comdengan judul Selain Sebabkan Kematian, Waspadai 4 Dampak Buruk Polusi Udara

#berbagiIDEA

Source : kompas

Editor : iDEA





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular