Follow Us

Mengenal Plus Minus Kayu Sonokeling, Kualitasnya Setara Kayu Jati

Johanna Erly Widyartanti - Sabtu, 20 Maret 2021 | 15:00
Kayu sonokeling, urat kayunya jadi daya tariknya.
bukalapak

Kayu sonokeling, urat kayunya jadi daya tariknya.

IDEAOnline-Selain jati, yang namanya sudah kesohor di mancanegara, terdapat beberapa jenis kayu lain yang tidak kalah bagus yang dihasilkan oleh hutan Indonesia.

Salah satunya adalah sonokeling, yang di Jawa kayu ini dikenal sebagai sonobrit dan sonosungu, atau kayu hitam.

Dalam perdagangan internasional, kayu ini memiliki nama lain, seperti Indian rosewood, Bombay blackwood atau Java palisander (Inggris), palisandre de I’Inde (Prancis).

Apa keunggulan kayu sonokeling dibanding kayu lain sehingga dikatakan setara kayu jati?

1. Serat kayu indah

Kederadaan kayu sonokeling memang tidak sepopuler jati.

Namun, bukan berarti kualitasnya kalah kelas dengan jati.

Keungguian utamanya tertetak pada serat dan tesktur kayunya.

Serat dan tekstur kayu sonokeing tergolong indah dan bernilai dekoratif.

Tekstur kayunya cukup halus dengan arah serat lurus dan kadang kala berombak.

Baca Juga: Pengasuhnya Dinyatakan Positif Covid-19, Ternyata Anak Ashanty Ini Sempat Berhari-Hari di Kamar yang Sama, Arsya: ‘Cepet Sembuh Upit’

Menurut Yohanes N dari Magenta Supplies, produsen furnitur berbahan kayu sonokeling, kayu ini berada di kelompok kayu indah kelas 1, bersama kayu jati.

Artinya, kedua kayu ini memiliki keindahan yang setara.

2. Warna unik

Keindahan kayu sonokeling juga didukung oleh warnanya yang unik.

Bagian tengah kayu (kayu teras) ini berwarna cokelat ungu tua dengan garis-garis berwarna lebih tua sampai hitam.

Coraknya yang unik inilah yang menjadikan kayu sonokeling banyak digemari pembuat furnitur maupun handicraft berkelas tinggi.

Furnitur yang dibuat menggunakan kayu ini terihat mewah dan menarik.

Baca Juga: 3 Pelapis Furnitur Lembaran Paling Populer, Ini Plus Minus Karakternya

Kayu sonokeling termasuk kayu keras yang tak mudah lapuk.
Perum Perhutani

Kayu sonokeling termasuk kayu keras yang tak mudah lapuk.

3. Tak mudah lapuk

Kayu sonokeling juga tergolong ke dalam kayu keras dengan bobot sedang hingga berat.

Sebagai kayu keras berarti kayu ini memiliki pori-pori yang rapat sehingga tidak mudah lapuk atau tidak selunak kayu randu atau kayu kapuk dan sejenisnya.

Berat jenisnya 0,77—0,86 pada kadar air sekitar 15%.

Meski tergolong kayu keras, kayu sonokeling cukup mudah untuk diproses, seperti dipotong, digergaji, diukir, dan diampelas.

Karakter ini menjadikan kayu sonokeling banyak digunakan sebagai bahan baku produk olahan kayu dnegan kualitas bagus.

4. Tahan serangan rayap

Baca Juga: Pengasuhnya Dinyatakan Positif Covid-19, Ternyata Anak Ashanty Ini Sempat Berhari-Hari di Kamar yang Sama, Arsya: ‘Cepet Sembuh Upit’

Tidak hanya itu, kayu sonokeling termasuk kayu awet.

Berdasarkan kliasifikasi keawetannya, kayu ini berada dalam satu kelas dengan kayu jati, yaitu kelas awet I (sangat awet).

Ini menunjukkan kayu sonokeling memiliki ketahanan yang cukup tinggi terhadap serangan jamur, rayap, bubuk, atau serangga perusak kayu jainnya, meskipun tanpa diberi bahan pengawet kayu terlebih dahulu.

Keawetan kayu tersebut disebabkan adanya zat ekstraktif (semacam getah) yang dihasilkan oleh kayu itu sendiri, yang merupakan unsur racun bagi perusak kayu, seperti rayap.

Zat ekstraktif tersebut terbentuk pada saat bagian tepi atau pinggir kayu (sering disebut kayu gubal) berubah menjadi kayu teras (inti kayu).

Karakter ini sangat ideal untuk pembuatan furnitur.

Baca Juga: Terlalu Banyak Kayu Solid di Pasaran, Tilik 6 Jenis yang Moncer dan Karakternya!

Kayu sonokeling handal untuk furnitur, meski warnanya yang hitam jadi kekurangannya.
alamendah's blog

Kayu sonokeling handal untuk furnitur, meski warnanya yang hitam jadi kekurangannya.

Kekurangan Kayu Sonokeling

Meski punya banyak keunggulan, kayu sonokeling juga punya kekurangan.

Warna kayunya yang unik justru menjadi kelemahan kayu ini.

Sebab bagi kamu yang suka dengan furnitur yang finishing-nya menggunakan wama-warna terang atau natural seperti walnut brown, cocoa brown, dan lain-lain, furnitur berbahan kayu sonokeling ini kurang cocok, sebab wama alami kayunya sudah gelap, sehingga tidak bisa di-finishing dengan warna-warna terang atau warna natural.

Kekurangan lainnya terletak pada kadar airnya yang cukup tinggi, sehingga bisa menyebabkan bentuk furnitur berubah (melengkung) jika dibuat dari kayu yang masih basah.

Solusinya adalah kayu harus dikeringkan (dioven) dulu hingga kadar air menyusut 8-10%, baru diolah menjadi furnitur.

Mulai Langka

Baca Juga: Cara Hitung Jasa Pasang Keramik, Cocok untuk yang Mau Renovasi Kamar Mandi di Bulan Puasa

Di Indonesia, kayu sonokeling banyak dijumpai di beberapa daerah di pulau Jawa, seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Namun untuk saat ini agak sulit untuk menemukannya sebab persediaan kayu ini memang mulai berkurang.

Salah satu penyebabnya adalah masa tumbuh jenis pohon penghasil kayu ini tergolong lama.

Untuk mendapatkan kualitas kayu yang ideal, pohonnya harus berusia minimal 20 tahun.

Semakin tua usianya, kualitas kayunya semakin baik dan harga kayunya semakin mahal.

Faktor lain yang membuat kayu sonokeling langka di pasar disebabkan bagian inti kayu (kayu teras), yang bisa dimanfaat sebagai bahan furnitur, hanya sekitar 60-70 persen dari seluruh bagian kayu.

Sisanya (30-40 persen) merupakan kayu gubal (biasanya berwarna putih) dengan kualitas jelek.

Akibat kelangkaan bahan baku, harga kayu ini menjadi mahal.

Baca Juga: Parket Kayu Solid dan Olahan, Cari Tahu Beda Keduanya di Sini

#BerbagiIDEA

Editor : Maulina Kadiranti

Baca Lainnya

Latest