Menanggapi hal ini, Ahmad mengungkapkan bahwa perlu menunggu data yang lebih banyak untuk bisa memastikan apakah benar virus corona tidak terdeteksi lewat PCR Test.
"Kita masih harus menunggu data yang lebih banyak, karena reseptor ACE2 yang akan ditempel virus ada di rongga napas (pernapasan) atas, yakni hidung dan tenggorokan, serta rongga napas bawah," ungkap Ahmad seperti dikutip dari Kompas.com, Sabtu (24/4/2021).
Kendati demikian, perihal kasus tes usap di India yang menggunakan RT-PCR namun tak dapat mendeteksi virus corona penyebab Covid-19 di rongga pernapasan atas, Ahmad menduga hal itu kemungkinan terjadi terkait isu teknis.
"Seperti pengambilan sampel tidak akurat, sehingga terkesan negatif palsu," kata Ahmad.
Lebih lanjut Ahmad mengatakan bahwa diagnostik kit atau perangkat diagnostik PCR saat ini, semestinya sudah bisa mendeteksi varian baru virus corona. Kecuali, kata dia, jika alat tes corona tersebut hanya untuk menargetkan gen S atau protein spike.
Protein spike adalah bagian dari virus corona yang berbentuk paku, yang berfungsi untuk menempelkan diri dan menginfeksi sel inang.
"Di Indonesia, biasanya tidak menggunakan gen S, tapi gen (protein virus corona) lain dari si virus seperti RdRP ORF1 atau N," jelas Ahmad.
Baca Juga: Benarkah PCR Covid-19 di Dua Lokasi Berbeda, Hasilnya Bisa Tak Sama?