"Ini adalah tingkat pengendalian partikel yang sangat tinggi, itulah sebabnya para pekerja asbes dan silika memakai N95," kata Jack Caravanos, DrPH.Caravanos adalah profesor klinis di College of Global Public Health NYU, New York City, AS.
Masker ini disediakan untuk tenaga medis, karena lapisan perlindungan pada N95 diperlukan dalam pengaturan perawatan kesehatan.
Untuk berinteraksi sehari-hari, para ahli mengatakan penutup wajah kain dan masker merupakan perlindungan yang memadai, terutama jika seseorang juga menerapkan jarak fisik.
Namun, Caravanos menyarankan kita untuk menghindari masker wajah dengan katup pernapasan. "Katup plastik di depan masker memudahkan untuk mendorong aerosol keluar, jadi kami menyarankan untuk tidak menggunakan masker dengan katup pernapasan atau pembuangan," kata dia.
Udara yang keluar dari katup tidak difilter, sehingga masker ini melindungi pemakainya, namun tidak melindungi orang-orang di sekitarnya.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) juga menganjurkan agar tidak memakai masker dengan katup atau ventilasi pernapasan. Variasi lain dari masker tingkat medis N95, yaitu masker KN95, sama efektifnya dalam menyaring partikel. Sayangnya, masker ini cenderung tidak pas di wajah.
"Beberapa masker KN95 mungkin pas dan yang lainnya longgar," kata Caravanos. "Jika kita memiliki satu yang pas dengan wajah, itu akan seefektif N95."
Masker bedah
Baca Juga: Bisa Sebabkan Pembengkakan Paru dan Hipoksia, Wanita Pernah Hamil Tak Boleh Donor Plasma Konvalesen