Desain ini terinspirasi dari sebuah air mancur yang terdapat di Museo Antropologia de Mexico di Mexico City, yang dikunjunginya beberapa waktu sebelumnya.
Atap oval yang mengelilingi stadion akan bertepi serta menyaut pada sebuah gelang raksasa, yang secara kokoh dicengkeram bagian sebelah atasnya.
Pada masa itu, belum pernah ada sistem rancangan semacam ini.
Baca juga : Super Junior Tampil di Asian Games, Ternyata Punya Kafe Unik Ini
Baca Juga: Jelang Asian Games 2018, Intip Interior Kantor Inasgoc yang Mirip GBK
Menurut Djuhara, ketua umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) seperti dilansir Kompas, kebanggaan nasional (national pride) menjadi alasan utama di balik ngototnya Soekarno menggunakan desain atap temu gelang.
Baca juga : Rifki Ardiansya Raih Emas Asian Games 2018, Inilah Hadiah dari REI Jatim
Pada masa Perang Dingin, arsitektur merupakan representasi atas situasi dan kondisi politik dalam negeri.
Karena itu, lewat pembangunan stadion utama, Soekarno ingin membangun sebuah citra bahwa Indonesia dapat menjadi negara maju dan modern. (*)