Menurutnya, rezim tersebut mampu menerapkan tingkat karantina domestik yang hampir tidak terpikirkan di hampir semua negara lain di dunia modern.
"Terus terang, saya tidak akan terkejut jika penjaga yang melindungi perimeter area yang terinfeksi diizinkan untuk menggunakan kekuatan mematikan terhadap kemungkinan melarikan diri," tulisny.
Selain itu, ia mengingatkan bahwa pertanian Korea Utara, secara teknologi, sebagian besar berada pada tingkat pra-modern, dengan otot-otot manusia dan lembu tetap menjadi sumber energi utama, yang mana membutuhkan sedikit bahan bakar atau input lain, dengan pengecualian pupuk.
Baca Juga: Biaya Listrik Bengkak karena Mesin Cuci? Coba Gunakan Suhu Air yang Rendah!
"Dengan kata lain, banyak negara di Korea Utara mungkin terputus dari dunia luar sepenuhnya dan terus berfungsi kurang lebih seolah-olah tidak ada yang terjadi, setidaknya selama beberapa bulan," tulisnya.
"Otonomi semacam itu telah menjadi tujuan strategis pemerintah Korea Utara sejak 1960-an, ketika mulai menekankan gagasan semangat kemandirian. Pengalaman kelaparan tahun 1990-an hanya memperkuat tren ini," tulis Lankov.
Lankov pun menyinggung bagaimana penduduk Korea Utara akan sulit mengekspresikan ketidakpuasan, bahkan jika negara tersebut berada di bawah tekanan yang serius.
"Kita telah melihat, sekitar 20 tahun yang lalu, bagaimana setengah juta orang Korea Utara meninggal dengan diam-diam di rumah-rumah mereka dan di jalan-jalan di kota mereka tanpa menantang pemerintah," tulisnya.
Menurut Lankov, Korea Utara telah berubah sejak saat itu. Di mana kelaparan mungkin saja akan menjadi ancaman bagi pemerintah. Namun tidak halnya dengan periode singkat kesulitan yang disebabkan oleh karantina.